Tiada Mausoleum buat Mussolini by Bintang Kartika
My rating: 4 of 5 stars
Saya bukan penggemas puisi kerohanian/relijus seperti Rumi atau Hafez atau Attar. Namun itu tidak bermakna saya bencikan hal keugamaan. Bagi saya kalau nak membaca hal keugamaan maka saya akan membelek puluhan kitab feqah, sirah, aqidah dll yang ada kat rumah saya tu. Tapi saya tak dapat nafikan ianya puisi yang superb. Ianya puisi yang bagus dan kalau sesekali di waktu hening dan sunyi menerpa, saya akan mencapai buku puisi mereka dan sekejap kemudian angin meniupkan dirinya membuatkan kelopak mengerlip, air mata berjujuhan dan malam menyembunyikan kedukaan yang selama waktunya bersembunyi.
Jadi kerna hal itu saya tak dapat memberikan bintang penuh kepada kumpulan sajak ini. Kerna saya perlukan waktu spesifik, perasaan yang khusus untuk menikmati puisi2 relijus/kerohanian, maka tidakkah ini menunjukkan hal relijus/kerohanian ini sangat spesial sebenarnya?
Bintang Kartika alias Kameelia telah berjaya membawa saya menyelami keluh kesah marhaen, menyentak keangkuhan saya bila dibentangkan dengan bencana alam, anak2 gelandangan kelaparan, kenaikan cukai yang pelbagai, tangisan mangsa perang dan kedukaan di sepanjang lereng kota yang dihuni manusia buas.
Inilah keistimewaan BK yang berjaya membawa hal ugama dan disenergi tanpa sedar ke dalam satu puisi realisme kehidupan seharian. Membacanya seperti menonton visual seketul mayat yang mati tanpa pembelaan dan mayat itu mencubit, menampar, mengelus dan mengucup kita agar kita sadar bahwa manusia itu harus bermasyarakat dan berkepedulian.
Tidakkah ini sebenarnya keistimewaan BK? Dia seperti bidadari yang menuntun tangan2 putera raja kacak yang angkuh, melewati Farsi, Pakistan, Siam, Jakarta, Sogo, Chowkit dan bila selesai mengembara si putera raja kacak itu menangis tersedu sedan lalu meletak jawatan dan menjadi sufi agung seperti Ibrahim Adham.
Baiklah, cuma kekurangan buku ini ialah kulitnya yang... gelap gitu, hurufnya dan ya, saya ada masalah dengan tajuknya. Harap lepas ni BK tak tulis tajuk dengan tajuk Bonaparte, Marie Antoinette, Si Kitul atau Raja Inca.
sajak saya paling suka : Momen Senja.
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
Saya bukan penggemas puisi kerohanian/relijus seperti Rumi atau Hafez atau Attar. Namun itu tidak bermakna saya bencikan hal keugamaan. Bagi saya kalau nak membaca hal keugamaan maka saya akan membelek puluhan kitab feqah, sirah, aqidah dll yang ada kat rumah saya tu. Tapi saya tak dapat nafikan ianya puisi yang superb. Ianya puisi yang bagus dan kalau sesekali di waktu hening dan sunyi menerpa, saya akan mencapai buku puisi mereka dan sekejap kemudian angin meniupkan dirinya membuatkan kelopak mengerlip, air mata berjujuhan dan malam menyembunyikan kedukaan yang selama waktunya bersembunyi.
Jadi kerna hal itu saya tak dapat memberikan bintang penuh kepada kumpulan sajak ini. Kerna saya perlukan waktu spesifik, perasaan yang khusus untuk menikmati puisi2 relijus/kerohanian, maka tidakkah ini menunjukkan hal relijus/kerohanian ini sangat spesial sebenarnya?
Bintang Kartika alias Kameelia telah berjaya membawa saya menyelami keluh kesah marhaen, menyentak keangkuhan saya bila dibentangkan dengan bencana alam, anak2 gelandangan kelaparan, kenaikan cukai yang pelbagai, tangisan mangsa perang dan kedukaan di sepanjang lereng kota yang dihuni manusia buas.
Inilah keistimewaan BK yang berjaya membawa hal ugama dan disenergi tanpa sedar ke dalam satu puisi realisme kehidupan seharian. Membacanya seperti menonton visual seketul mayat yang mati tanpa pembelaan dan mayat itu mencubit, menampar, mengelus dan mengucup kita agar kita sadar bahwa manusia itu harus bermasyarakat dan berkepedulian.
Tidakkah ini sebenarnya keistimewaan BK? Dia seperti bidadari yang menuntun tangan2 putera raja kacak yang angkuh, melewati Farsi, Pakistan, Siam, Jakarta, Sogo, Chowkit dan bila selesai mengembara si putera raja kacak itu menangis tersedu sedan lalu meletak jawatan dan menjadi sufi agung seperti Ibrahim Adham.
Baiklah, cuma kekurangan buku ini ialah kulitnya yang... gelap gitu, hurufnya dan ya, saya ada masalah dengan tajuknya. Harap lepas ni BK tak tulis tajuk dengan tajuk Bonaparte, Marie Antoinette, Si Kitul atau Raja Inca.
sajak saya paling suka : Momen Senja.
View all my reviews
Comments
Post a Comment