Skip to main content

Budi bahasa Budaya kita.


Bahasa Melayu adalah bahasa kebangsaan negara kita, Malaysia.
Yes, bahasa Melayu, bukan Bahasa Malaysia. Walaupun ramai orang panggil bahasa Malaysia, aku prefer bahasa Melayu. Pasal apa?

hmm, bagi aku janganlah hanya kerna kita ni negara yang berbilang bangsa maka kita nak hilangkan identiti Melayu itu. Melayu tetaplah Melayu weii.

Ok, ak bukan nak berceloteh pasal polemik bahasa Melayu/Malaysia.
Apa yang aku nak utarakan disini ialah mengenai penggunaan bahasa dan juga adab-adab dalam berbahasa.
Mutakhir ni, aku lihat  perkembangan internet dan teknologi di negara kita berkembang dengan pesatnya. Pakcik-pakcik hatta anak kecil sekalipun sudah mula tahu erti Facebook, Youtube dan blog. Tak dinafikan semua medium ini menunjukkan peningkatan penggunaan teknologi yang baik buat semua orang. Namun dalam tak kita sedar sebenarnya niali jati diri kita sebagai orang Malaysia sedikit sebanyak terhakis .. Nak tahu macam mana terhakis tu?
Kalu tak percaya korang surflah mana2 blog especially pasal politik korang akan jumpe banyak perkataan yang digunakan adalah tak senonoh dan kotor yang tak menggambarkan langsung peribadi si penulis sebagai orang Islam. Tak kiralah penulis tersebut pro pembangkang atau kerajaan sekalipun. Caci maki dan carut marut ibarat perkara biasa. Hmm, cubalah agaknya korang bandingkan bahasa ketika marah yang digunakan oleh orang2 zaman sekarang dengan gaya bahasa orang2 di zaman Hang Tuah dulu. Ten tu jauh bezanya kann?

Dalam hal ni masing-masing akan menuding jari, menegakkan benang yang basah sehingga terkeluar caci maki dan kata nista, dek tak dapat mengawal perasaan perkataan-perkataan yang tak sepatutnya dilafazkan, ditulis juga. Maka kesannya perbalahan yang mungkin berpanjangan akan timbul.
Dalam kita berbahasa , kita perlulah beradab dan menjaga tatasusila supaya apa yang kita ucapkan itu menyenangkan kedu-dua belah pihak. Jika marah sekalipun, gunakanlah bahsa yang halus atau kiasan untuk menyatakannya.
Ok lah disini aku persertakan sekali adab bicara dalam Islam =


ADAB BERBICARA
1. Semua pembicaraan harus kebaikan, (QS 4/114, dan QS 23/3), dalam hadits nabi SAW disebutkan:
“Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari Muslim)
2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadits Aisyah ra:
“Bahwasanya perkataan rasuluLLAH SAW itu selalu jelas sehingga bias difahami oleh semua yang mendengar.” (HR Abu Daud)
3. Seimbang dan menjauhi bertele-tele, berdasarkan sabda nabi SAW:
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak omong dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan: Wahai rasuluLLAH kami telah mengetahui arti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab nabi SAW: “Orang2 yang sombong.” (HR Tirmidzi dan dihasankannya)
4. Menghindari banyak berbicara, karena kuatir membosankan yang mendengar, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Wa’il:
Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami setiap hari Kamis, maka berkata seorang lelaki: Wahai abu AbduRRAHMAN (gelar Ibnu Mas’ud)! Seandainya anda mau mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu Mas’ud : Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku kuatir membosankan kalian, karena akupun pernah meminta yang demikian pada nabi SAW dan beliau menjawab kuatir membosankan kami (HR Muttafaq ‘alaih)
5. Mengulangi kata-kata yang penting jika dibutuhkan, dari Anas ra bahwa adalah nabi SAW jika berbicara maka beliau SAW mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila beliau SAW mendatangi rumah seseorang maka beliau SAW pun mengucapkan salam 3 kali. (HR Bukhari)
6. Menghindari mengucapkan yang bathil, berdasarkan hadits nabi SAW:
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai ALLAH SWT yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh ALLAH SWT keridhoan-NYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai ALLAH SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka ALLAH SWT mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
7. Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan hadits nabi SAW:
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Dan dalam hadits lain disebutkan sabda nabi SAW:
“Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.”(HR Abu Daud)
8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan hadits nabi SAW:
“Bukanlah seorang mu’min jika suka mencela, mela’nat dan berkata-kata keji.” (HR Tirmidzi dengan sanad shahih)
9. Menghindari banyak canda, berdasarkan hadits nabi SAW:
“Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.” (HR Bukhari)
10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelar yang buruk, berdasarkan QS 49/11, juga dalam hadits nabi SAW:
“Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)
11. Menghindari dusta, berdasarkan hadits nabi SAW:
“Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat.” (HR Bukhari)
12. Menghindari ghibah dan mengadu domba, berdasarkan hadits nabi SAW:
“Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba ALLAH yang bersaudara.” (HR Muttafaq ‘alaih)
13. Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadits nabi SAW dari AbduRRAHMAN bin abi Bakrah dari bapaknya berkata:
Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka kata nabi SAW: “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!” (2 kali), lalu kata beliau SAW: “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga ALLAH mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun disisi ALLAH, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.” (HR Muttafaq ‘alaih dan ini adalah lafzh Muslim)
Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi SAW memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji.(HR Muslim)



ok la, sebenarnya aku pon bukan la baik atau bagus sangat. Tapi ini sekdar untuk memberi peringatan buat diri aku dan korang jugak ..

Selamat Hari Raya Aidulfitri, MAAF ZAHIR BATIN ..

Comments

  1. betul tu betul.. sekarang ni ramai yang suka guna perkataan carut dan maki untuk luahkan perasaan atau apa saja.. sekarang ni semua perkataan tak senonoh tu dah jadi macam perkara biasa dah.. HUHU


    MySuaraBlog: Segmen Di Mana Anda Beraya Tahun Ini Bersama Phat Corner

    ReplyDelete
  2. hee =P
    mkin maju makin biadap plak kann =p

    ReplyDelete

Post a Comment